Ambon Manisee Punya Cerita
Subuh di Bandara |
Perutku berbunyi, semua umat di dunia ini tau jika terjadi
hal sedemikian, itu artinya kaki ini harus segera melangkah mencari makanan.
Tak perlu jauh jauh berjalan aku sudah menemukan Junk food disini. Tak berselang
lama datang sosok pria yang berjalan ke arahku, Ah sial dia terlalu tampan
bagiku. “Permisi,bisa duduk disini? Soalnya tempat lain sudah full semua nona” ,
Setelah sampai di mejaku Pria itu tanpa basa basi membicarakan madsudnya, “Oh
iya iya, silahkan kak” , jawabku dengan nada agak kaku. Kakunya caraku
berbicara dikarenakan 2 faktor, 1. Dia Terlalu Tampan bagiku dan 2. Dialegnya
terdengar agak asing bagiku dikarenakan menyebutku dengan pridikat “Nona”,
cukup aneh bukan. Kami melahap makanan masing masing dalam diam, bukan, bukan
aku sombong, Cuma saja makananku lebih nikmat dalam suasana syahdu.
Setelah selesai Cek-in aku segera menuju gate 5, carriel sudah
kusimpan dibagasi, hanya daypack yang menempel dipunggungku. Jam tanganku menunjukkan pukul 01.32 a.m yang artinya aku masih harus
menunggu sekitar satu setengah jam lagi dari jadwal kepergianku menuju Ambon. Entah
hal apa yang harus kulakukan untuk mengusir rasa bosan yang datang ini.
Handphoneku berdering dengan keras, tertulis nama Fatun dilayarnya “Halo kak,
kenapa”, kataku memulai pembicaraan “Eh,dimana meko kah?” tanyanya dengan logat
Makassar yang dia dapatkan sewaktu kuliah, “Masih di bandara inie,tiketku jam 3
pi kelezt”, “Ohiyya iyya,palingan kamu sampai subuh lah, yasudah saya bobo
cantik dulu byeeee” ucapnya sambil mematikan handphone. Dasar sepupu lebay
hardikku.
“Dek, permisi dek” kata bapak berkumis tipis yang menurutku
sengaja membangunkanku, ah padahal aku lagi bermimpi menaklukkan Kerinci,
lupakan soal mimpiku tadi, aku segera berkata “iya,ada apa ya pak?” dengan
wajah setengah mengantuk dan kesal karena dibangunkan. “Mau kemana dek?”
tanyanya lagi sembari duduk disampingku, “Ke Ambon pak” jawabku singkat,
“Ambon? Barusan tadi kan panggilan terakhir penerbangannya”, kata bapak itu
dengan raut wajah agak heran. Boooom, detik itu aku tidak mengenal sopan santun,
kusambar daypackku dan segera berlari secepat mungkin menuju pesawat tanpa
permisi dengan orang tua tadi, entah apa yang dipikirkan bapak tadi tentang
diriku, Aku tak peduli, karena bagiku yang penting sekarang adalah aku harus
berada di Set 8a sebelum secarik kertas putih ditanganku ini tak berarti apa
apa lagi. Bahagia kembali kurasakan ketika sudah memasuki pintu pesawat, meskipun dengan wajah seperti
telah melihat mantan dengan pacar barunya yang bermesraan di hadapanku. Jika
kalian berkata sandar dibahu pacar adalah suatu kenyamanan, harus kuberitahu
bahwa duduk di kursi pesawat yang hampir meninggalkan kita jauh lebih nikmat
rasanya. Akhirnya aku bisa melanjutkan tidurku yang tertunda.
AMBON,AKU DATANG~
Komentar
Posting Komentar