Ambon Manisee Punya Cerita

           
Subuh di Bandara
 Bandara Hasanuddin begitu ramai malam ini, terlihat jelas petugas maupun calon penumpang berlalu lalang, jenis penumpangnya pun beragam mulai dari yang simple hingga yang membawa barang bawaannya layaknya pindah rumah. Memang wajar mendapati bandara ini sangat ramai, kenapa tidak? Inikan Awal Bulan Ramadhan Waktu yang cocok untuk orang yang akan kembali ke tempat yang selama ini dia rindukan. Kampung Halaman. Sungguh berbeda denganku yang justru mengunjungi kampung orang.
           
Perutku berbunyi, semua umat di dunia ini tau jika terjadi hal sedemikian, itu artinya kaki ini harus segera melangkah mencari makanan. Tak perlu jauh jauh berjalan aku sudah menemukan Junk food disini. Tak berselang lama datang sosok pria yang berjalan ke arahku, Ah sial dia terlalu tampan bagiku. “Permisi,bisa duduk disini? Soalnya tempat lain sudah full semua nona” , Setelah sampai di mejaku Pria itu tanpa basa basi membicarakan madsudnya, “Oh iya iya, silahkan kak” , jawabku dengan nada agak kaku. Kakunya caraku berbicara dikarenakan 2 faktor, 1. Dia Terlalu Tampan bagiku dan 2. Dialegnya terdengar agak asing bagiku dikarenakan menyebutku dengan pridikat “Nona”, cukup aneh bukan. Kami melahap makanan masing masing dalam diam, bukan, bukan aku sombong, Cuma saja makananku lebih nikmat dalam suasana syahdu.

Setelah selesai Cek-in aku segera menuju gate 5, carriel sudah kusimpan dibagasi, hanya daypack yang menempel dipunggungku. Jam tanganku  menunjukkan pukul   01.32 a.m yang artinya aku masih harus menunggu sekitar satu setengah jam lagi dari jadwal kepergianku menuju Ambon. Entah hal apa yang harus kulakukan untuk mengusir rasa bosan yang datang ini. Handphoneku berdering dengan keras, tertulis nama Fatun dilayarnya “Halo kak, kenapa”, kataku memulai pembicaraan “Eh,dimana meko kah?” tanyanya dengan logat Makassar yang dia dapatkan sewaktu kuliah, “Masih di bandara inie,tiketku jam 3 pi kelezt”, “Ohiyya iyya,palingan kamu sampai subuh lah, yasudah saya bobo cantik dulu byeeee” ucapnya sambil mematikan handphone. Dasar sepupu lebay hardikku.

“Dek, permisi dek” kata bapak berkumis tipis yang menurutku sengaja membangunkanku, ah padahal aku lagi bermimpi menaklukkan Kerinci, lupakan soal mimpiku tadi, aku segera berkata “iya,ada apa ya pak?” dengan wajah setengah mengantuk dan kesal karena dibangunkan. “Mau kemana dek?” tanyanya lagi sembari duduk disampingku, “Ke Ambon pak” jawabku singkat, “Ambon? Barusan tadi kan panggilan terakhir penerbangannya”, kata bapak itu dengan raut wajah agak heran. Boooom, detik itu aku tidak mengenal sopan santun, kusambar daypackku dan segera berlari secepat mungkin menuju pesawat tanpa permisi dengan orang tua tadi, entah apa yang dipikirkan bapak tadi tentang diriku, Aku tak peduli, karena bagiku yang penting sekarang adalah aku harus berada di Set 8a sebelum secarik kertas putih ditanganku ini tak berarti apa apa lagi. Bahagia kembali kurasakan ketika sudah memasuki  pintu pesawat, meskipun dengan wajah seperti telah melihat mantan dengan pacar barunya yang bermesraan di hadapanku. Jika kalian berkata sandar dibahu pacar adalah suatu kenyamanan, harus kuberitahu bahwa duduk di kursi pesawat yang hampir meninggalkan kita jauh lebih nikmat rasanya. Akhirnya aku bisa melanjutkan tidurku yang tertunda.
AMBON,AKU DATANG~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengahnya Indonesia dimana sih?

KARNA INSTAGRAM KITA KE RAMMANG RAMMANG