LATIMOJONG AKU DATANG


            Menggapai 7 Puncak Tertinggi Indonesia merupakan salah satu impian yang harus gue wujudkan. Mengingat salah satu seven summit Indonesia ada di Sulawesi Selatan jadi ini adalah kesempatan gue buat memulai mewujudkan impian gue. Latimojong, Aku siap menggapaimu
            Dari kabupaten Wajo gue menuju kota Pare-pare, tempat janjian gue bareng Kak Rizal yang bakalan jadi travelmate gue di latimojong nanti. Gue naiknya cuman ber2, gue tipe orang yang gk terlalu suka nanjak ramai. Gue sendiri gk tau alasannya, tapi gue merasa nyaman dengan ketenangan.
            Sampai di Pare-pare gue sama Kak Rizal istirahat di rumah temen gue, Nyok. Gue sih nggak kenal sama Nyok, tapi karena mantan gue Rudy yang nyuruh ke rumahnya Nyok buat ngopi sebelum berangkat. Nggak butuh waktu lama kita semua sudah berbaur dan langsung akrab.
            “Asyiik, Gisel goes to Latimojong” kata Rudy dengan nada ngejek yang seolah dibalik kalimatnya itu tersirat makna bahwa “Siap-siap aja berhamburan badan lu”. Tapi bodo amet yang penting gue ke Latimojong ah. Gue dan Kak Rizal meninggalkan rumah Nyok tepat jam 11. Semoga perjalanannya lancar.
            Pare Pare – Pinrang – Enrekang, Perjalanan yang lumayan, mengingat belum ada yang makan dari kita, jadi nggak ada salahnya mengisi perut dulu di warung pinggir jalan. Sebenarnya kita mau makan di warung dengan View Gunung Nona tapi karena terlalu lapar kita menjalankan prinsip “Lebih cepat lebih baik”. Sudah makan waktunya cuuus menuju Desa Terakhir Latimojong, Karangan.
            Hujan menggujur dalam perjalanan menuju desa terakhir, jadi kita sempat istirahat sambil menunggu hujannya berhenti disebuah gubuk yang tidak jauh dari pasar Baraka, ohiyya, Sekedar info aja bagi kalian yang ingin kesini tapi menggunakan jeep, desa Baraka inilah tempatnya. Jeep juga akan beroperasi pada hari pasar saja dan jam pasar. Setelah sedikit lama menunggu hujan reda, kamipun mulai melanjutkan perjalanan menuju desa terakhir. Perjalanan sangat menguras tenaga, jalanan yang dilewati berlumpur, rusak dan bahkan bisa gue katakana  berbahaya.

            Pukul 18.00 kitapun tiba di basecamp dan langsung naik untuk meminta izin dan melapor kepada pak dusun. Awalnya pak dusun melarang kami untuk melanjutkan perjalanan dan meminta kami untuk tinggal dulu dan menunggu hari besok saja. Tapi dasar kita berdua ambisinya terlalu tinggi makanya kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan target sampai di pos 2.
            Pukul 18.30 kami memulai perjalanan dari rumah pak dusun dan singgah untuk membayar registrasi sebanyak Rp 10.000/orang dan setelah itu melanjutkan perjalanan dengan target Camp di Pos 2. Perlahan langit semakin gelap dan headlamp mulai kita nyalakan sembari meninggalkan desa karangan yang damai ini. Belum 15 menit berjalan aku sudah kelelahan dan entah mengapa carrielku berat sekali kurasa, Aku berusaha untuk tetap tegar tetapi wajah lelahku terbaca oleh Kak Rizal “Kenapa pucat begitu mukamu dek?” katanya menegurku “Ndkji kak, jalan meki terus” balasku dan segera berjalan lagi. Belum genap 5 menit aku duduk diam sambil mengatur nafas dan melepas sandalku *iyya aku pakai sandal dulu* dan menyimpannya diantara semak semak kemudian memberi tahu Kak Rizal untuk melanjutkan perjalanan tanpa diriku saja. Sontak dia kaget dan segera mengambil carrielku dan menarik tanganku kemudian menyuruhku berjalan dan berkata “Jalan meko dek, sayapi angkat carrielmu” sembari mengangkat carrielku dan akupun mulai berjalan bersama lagi.

Masih dalam perjalanan menuju Pos 1 Kak Rizal membisikku “Carrielmu isinya apa saja kah? Kenapa berat sekali” dengan nafas ngos-ngosan “Isinya cuman barang pribadi kok kak, waktu packing kemarin malahan ringan kok” jawabku. Kita berusaha tetap berjalan dalam gelap dan diam sampai Akhirnyaaaaaa Kak Rizal tiba tiba……………..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tengahnya Indonesia dimana sih?

Ambon Manisee Punya Cerita

KARNA INSTAGRAM KITA KE RAMMANG RAMMANG